Banyuwangi, 7 Juli 2025 — Upaya rehabilitasi hutan mangrove di pesisir Pantai Cacalan, Banyuwangi, kini menuai pujian internasional. Kawasan ini tidak hanya berhasil mengembalikan fungsi ekosistem pesisir yang rusak, tetapi juga berkembang menjadi pusat edukasi dan ekowisata mangrove terbesar di Asia Tenggara, dijuluki oleh organisasi lingkungan dunia sebagai “Mangrove School of Asia.”
Keberhasilan ini diumumkan dalam forum Asia-Pacific Blue Carbon Summit 2025 di Manila, di mana program Banyuwangi dijadikan model praktik terbaik (best practice) dalam restorasi berbasis komunitas.
Dari Kawasan Rusak Jadi Zona Ekowisata Edukatif
Sejak 2018, Pantai Cacalan dan pesisir Kalipuro mengalami kerusakan mangrove akibat tambak dan reklamasi ilegal. Namun lewat program “Mangrove Revival”, pemkab Banyuwangi bersama komunitas nelayan dan LSM mulai melakukan penanaman ulang.
Kini, lebih dari 120 hektar hutan mangrove baru tumbuh subur, menjadi habitat bagi:
-
Burung kuntul besar dan bangau tong-tong
-
Kepiting bakau raksasa
-
Kijang kecil yang kembali ke kawasan rawa-rawa
Kawasan ini dilengkapi jembatan kayu 2 km untuk wisata edukasi, pusat riset, dan dermaga kecil untuk perahu susur mangrove.
Pusat Belajar dan Riset Internasional
Pusat edukasi yang dibangun di dalam kawasan mangrove menyediakan:
-
Pelatihan bagi masyarakat pesisir tentang konservasi
-
Laboratorium mini untuk siswa dan mahasiswa dari Indonesia hingga Filipina
-
Program “Eco Youth Camp” yang diikuti pelajar dari 12 negara
Bahkan, lembaga donor seperti UNDP dan JICA Jepang telah menandatangani kerja sama 5 tahun untuk mendanai program blue carbon dan pelatihan nelayan perempuan di wilayah tersebut.
Manfaat Nyata bagi Lingkungan dan Ekonomi
Dampak program ini sangat terasa:
-
Abrasian pesisir turun hingga 70% dalam lima tahun
-
Pendapatan wisata susur mangrove meningkat 3x lipat sejak 2023
-
Produk olahan mangrove seperti sirup buah pedada dan keripik daun lindur mulai ekspor ke Malaysia dan Vietnam
Nelayan kini menjadi “guardian of the coast”, bukan hanya pencari ikan.
Kesimpulan
Apa yang dilakukan Banyuwangi membuktikan bahwa restorasi ekosistem bukan utopia, melainkan peluang nyata untuk membangun ekonomi, pendidikan, dan ketahanan iklim secara bersamaan. Hutan mangrove bukan sekadar hamparan pohon di tepi laut — ia adalah sekolah, perlindungan, dan masa depan.
Dari Banyuwangi, pesan hijau untuk Asia — dan dunia — mengalir dari akar ke air.