Parenting atau pola asuh anak di Indonesia saat ini menghadapi perubahan besar seiring perkembangan zaman, digitalisasi, dan pergeseran nilai sosial. Orang tua masa kini dihadapkan pada tantangan baru dalam mendidik anak yang hidup di tengah dunia serba cepat, terhubung, dan penuh distraksi. Di sisi lain, nilai-nilai tradisional yang masih kental juga memberi pengaruh besar pada gaya pengasuhan di berbagai daerah di Indonesia.
1. Perubahan Gaya Parenting: Dari Otoriter ke Demokratis
Gaya pengasuhan di Indonesia telah mengalami pergeseran dari pola otoriter dan hierarkis menuju pola yang lebih demokratis dan suportif. Jika dulu orang tua cenderung memerintah tanpa dialog, kini semakin banyak yang mulai menerapkan parenting positif—yakni pola asuh berbasis empati, komunikasi dua arah, dan pemahaman emosi anak.
Namun, perbedaan pendekatan ini masih terlihat antara:
-
Kota dan desa: Urban parenting cenderung lebih terbuka dan modern, sementara di daerah pedesaan masih kuat dengan pola tradisional dan norma kolektif.
-
Generasi tua dan muda: Generasi kakek-nenek masih berpegang pada “didikan keras”, sementara generasi milenial/Gen Z sebagai orang tua cenderung ingin lebih responsif dan adaptif.
2. Tantangan Parenting di Era Digital
Salah satu tantangan terbesar bagi orang tua saat ini adalah mengasuh anak di tengah gempuran teknologi dan media digital:
-
Screen time berlebih: Anak usia dini hingga remaja kini sangat akrab dengan gadget, yang bisa berdampak pada kesehatan mental, fisik, dan perkembangan sosial mereka.
-
Paparan konten negatif: Akses internet tanpa pengawasan membuka peluang anak terpapar kekerasan digital, pornografi, hoaks, atau cyberbullying.
-
Kecanduan game dan media sosial: Banyak orang tua kesulitan mengontrol waktu anak bermain game online atau TikTok.
Solusinya, para ahli parenting di Indonesia menyarankan:
-
Mengatur jadwal digital dan mengenalkan aktivitas non-gadget yang menyenangkan.
-
Mengajak anak berdiskusi soal konten yang mereka lihat, bukan melarang tanpa penjelasan.
-
Menjadi role model dalam penggunaan teknologi yang sehat di rumah.
3. Parenting dan Pendidikan Karakter
Isu pendidikan karakter juga menjadi fokus utama dalam pengasuhan anak di Indonesia. Banyak orang tua kini mulai sadar bahwa kecerdasan emosional, nilai-nilai moral, dan spiritual tidak kalah penting dari nilai akademik.
Tren yang sedang berkembang antara lain:
-
Meningkatnya minat pada sekolah berbasis karakter atau kurikulum agama.
-
Peran komunitas parenting dalam berbagi ilmu dan pengalaman.
-
Semakin populernya kelas parenting, baik daring maupun luring, terutama di kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya.
4. Peran Ayah dalam Parenting Modern
Dulu, ayah cenderung dianggap sebagai pencari nafkah semata. Kini, semakin banyak ayah di Indonesia yang mulai aktif terlibat dalam pengasuhan anak. Konsep seperti father-friendly parenting dan ayah aktif mulai mendapat tempat, walau masih terbatas di kalangan tertentu.
-
Ayah mulai ikut mengganti popok, mendongeng, hingga mendampingi anak belajar.
-
Media sosial turut mendorong tren ini, dengan munculnya komunitas seperti “Ayah ASI” dan “Kelas Ayah”.
5. Dukungan Sosial dan Sistemik Masih Kurang
Meski tren parenting semakin maju, banyak keluarga Indonesia masih menghadapi keterbatasan:
-
Minimnya cuti ayah dan ibu yang memadai.
-
Keterbatasan akses pendidikan pengasuhan di daerah pelosok.
-
Stigma budaya terhadap orang tua yang “terlalu lembut” atau dianggap terlalu memanjakan anak.
Pemerintah dan lembaga sosial diharapkan lebih aktif dalam memberikan pelatihan, pendampingan, dan akses informasi pengasuhan yang relevan dan ramah konteks lokal.
Kesimpulan:
Parenting di Indonesia sedang memasuki fase transisi besar. Di tengah tekanan ekonomi, pengaruh budaya global, dan revolusi digital, orang tua Indonesia berusaha menyeimbangkan antara nilai-nilai tradisional dan pendekatan modern. Tantangan memang banyak, tetapi semangat belajar dan beradaptasi dari para orang tua hari ini menjadi harapan besar bagi lahirnya generasi yang sehat, cerdas, dan berkarakter di masa depan.