Tanggal: 5 Juli 2025
Jakarta — Meningkatnya konsumsi makanan ultra-proses di kalangan anak usia sekolah menjadi sorotan para ahli gizi Indonesia. Dalam konferensi gizi nasional yang digelar minggu ini oleh Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI), disampaikan bahwa lebih dari 48% anak SD dan SMP di kota besar mengonsumsi makanan instan kemasan sebagai bekal harian.
Fenomena ini menimbulkan kekhawatiran jangka panjang terhadap kesehatan metabolik dan kognitif anak. Para ahli kini menyerukan edukasi dan gerakan #BekalCerdas, yang mendorong orang tua menyiapkan bekal sehat tanpa harus mahal atau merepotkan.
Apa Itu Makanan Ultra-Proses?
Makanan ultra-proses (ultra-processed foods/UPF) merujuk pada produk yang mengandung:
-
Pemanis dan pewarna buatan
-
Perisa sintetis dan pengawet
-
Kandungan gula dan lemak trans tinggi
Contohnya termasuk sosis kemasan, roti tawar manis beraroma, minuman kemasan manis, mie instan siap santap, dan camilan serbuk keju.
Menurut dr. Rika Wulandari, Sp.GK, anak-anak yang mengonsumsi makanan ultra-proses secara rutin memiliki risiko:
-
Obesitas 2,5 kali lebih tinggi
-
Rentan mengalami kabut otak (brain fog) dan sulit fokus
-
Gangguan mood, sembelit, dan ketidakseimbangan mikrobiota usus
“Bekal anak tidak harus cantik di Instagram, yang penting gizinya seimbang dan minim zat aditif,” tegas dr. Rika.
7 Ide Bekal Sehat dan Praktis
Berikut rekomendasi bekal sehat yang bisa disiapkan orang tua hanya dalam waktu kurang dari 20 menit:
-
Nasi jagung + tumis ayam kecap + potongan tomat dan mentimun
-
Roti gandum isi telur orak-arik dan keju parut, disertai buah potong
-
Onigiri isi tuna mayo homemade + edamame rebus
-
Bola nasi isi sayur (nasi goreng wortel-buncis) dibentuk karakter lucu
-
Pasta gandum dengan saus tomat homemade dan parutan keju
-
Ubi ungu kukus + telur rebus + dada ayam suwir
-
Pisang goreng oven + susu kedelai tawar buatan rumah
Snack tambahan: kacang panggang, keripik tempe, atau granola homemade tanpa gula tambahan.
Gerakan #BekalCerdas dan Dukungan Sekolah
Sejumlah sekolah swasta di Jakarta dan Surabaya mulai mengadopsi Hari Bekal Sehat setiap Selasa dan Kamis. Guru dan komite sekolah bekerja sama untuk mengevaluasi bekal anak dan memberikan stiker “Bekal Hebat” bagi anak yang membawa makanan sehat buatan rumah.
Beberapa startup gizi anak, seperti PiringAnak dan KukisMama, juga meluncurkan aplikasi panduan bekal dan layanan katering sehat untuk anak usia 5–12 tahun.
Tantangan dan Solusi
Meski kesadaran meningkat, tantangan masih ada:
-
Waktu orang tua yang terbatas
-
Kebiasaan anak yang memilih rasa gurih dan manis
-
Tekanan tren media sosial soal estetika bekal
Namun para ahli menekankan bahwa perubahan bisa dimulai dari langkah kecil dan konsisten.
“Mulailah dengan satu hari bekal sehat per minggu. Anak akan terbiasa, dan orang tua pun merasa ringan,” kata Nurma Ayu, praktisi gizi keluarga.
Kesimpulan:
Kesehatan anak dimulai dari kotak bekal mereka. Dengan pemilihan bahan yang cerdas dan kesadaran akan dampak jangka panjang, orang tua bisa menjadi garda terdepan dalam mencegah generasi sakit dini akibat makanan ultra-proses. Bekal bukan sekadar isi kotak makan, tapi bekal masa depan.